Bahaya asap knalpot di lingkungan sekitar.......
Bagi penduduk Jakarta tentu tidak heran lagi dengan kemacetan
lalu-lintas dan polusi asap kendaraan bermotor. Apalagi bagi pengendara
motor seperti saya, apabila sedang mengalami kemacetan tentu paling
merasakan yang namanya polusi ini. Terlebih jika berada pas di belakang
bajaj atau metromini, hmm. Sudah memakai masker dan helm teropong
sekalipun, masih saja berasa bau asap knalpot tersebut. Memakai
maskerpun menjadi keharusan bagi para bikers, bahkan pejalan kaki dan
penumpang bis kotapun banyak yang menggunakan masker saat berada di
jalan raya.
Menurut pengamatan Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan (PPMPL) DKI, dari sekian banyak knalpot, berhamburan CO (carbon monoxida) yaitu semacam gas beracun. Semakin macet lalu-lintas, semakin banyak pula gas CO itu mengepul. Pastinya kemungkingan untuk terhirup oleh para pengendara yang lain. Terutama pengendara sepeda motor, para penumpang bis kota yang sedang naik maupun yang sedang menunggu bis di pinggir jalan. Polusi oleh kendaraan bermotor lebih besar daya pencemarannya dibandingkan dengan yang dialami kaum buruh di pabrik yang bersifat lokal. Kadar CO yang terhirupt lewat pernafasan memasuki tubuh melalui paru-paru. Dalam paru-paru ia bersenyawa dengan hemoglobin (Hb), membentuk COHb, sedang Hb bekerja membawa oksigen ke sekujur tubuh. Celakanya kemampuan hemoglobin ini untuk mengikat CO adalah 200 hingga 300 kali lebih besar dibanding dengan kemampuannya mengikat oksigen. Akibatnya, kadar oksigen dalam darah berkurang hingga bisa membuat orang merasa pusing, pingsan bahkan bisa juga meninggal dunia. Semakin banyak CO yang terkandung dalam darah semakin besar ancamannya terhadap kesehatan.
Bank Dunia juga melaporkan bahwa adanya kandungan timbal dari asap knalpot dapat menyebabkan menurunnya tingkat kecerdasan, meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi. Selain itu, timbal juga dapat mencemari sayuran dan buah-buahan yang kita makan. Timbal yang masuk ke dalam tubuh kita, baik melalui udara maupun makanan dapat mencemari otak anak sejak masih berada di dalam rahim ibunya. Zat tersebut mengganggu pertumbuhan dan fungsi otak ketika janin dilahirkan, sehingga kecerdasannya pun terganggu. Penumpukan timbal yang terjadi itulah yang juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Sebenarnya Tuhan telah menciptakan alam dengan dengan kemampuan mengatur agar tidak terjadi pencemaran udara melalui adanya hujan dan pergeseran angin. Namun karena kepadatan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta ini maka semakin sulit pula bagi alam untuk menjaga keseimbangan. Jadi berbagai macam penyakit diatas memang manusia sendiri yang menyebabkannya. Untuk itu, kita sebagai manusia harus sudah peduli untuk menjaga keseimbangan alam ini. Semoga pemerintah bisa mencari solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan dan polusi di Jakarta.
Menurut pengamatan Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan (PPMPL) DKI, dari sekian banyak knalpot, berhamburan CO (carbon monoxida) yaitu semacam gas beracun. Semakin macet lalu-lintas, semakin banyak pula gas CO itu mengepul. Pastinya kemungkingan untuk terhirup oleh para pengendara yang lain. Terutama pengendara sepeda motor, para penumpang bis kota yang sedang naik maupun yang sedang menunggu bis di pinggir jalan. Polusi oleh kendaraan bermotor lebih besar daya pencemarannya dibandingkan dengan yang dialami kaum buruh di pabrik yang bersifat lokal. Kadar CO yang terhirupt lewat pernafasan memasuki tubuh melalui paru-paru. Dalam paru-paru ia bersenyawa dengan hemoglobin (Hb), membentuk COHb, sedang Hb bekerja membawa oksigen ke sekujur tubuh. Celakanya kemampuan hemoglobin ini untuk mengikat CO adalah 200 hingga 300 kali lebih besar dibanding dengan kemampuannya mengikat oksigen. Akibatnya, kadar oksigen dalam darah berkurang hingga bisa membuat orang merasa pusing, pingsan bahkan bisa juga meninggal dunia. Semakin banyak CO yang terkandung dalam darah semakin besar ancamannya terhadap kesehatan.
Bank Dunia juga melaporkan bahwa adanya kandungan timbal dari asap knalpot dapat menyebabkan menurunnya tingkat kecerdasan, meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi. Selain itu, timbal juga dapat mencemari sayuran dan buah-buahan yang kita makan. Timbal yang masuk ke dalam tubuh kita, baik melalui udara maupun makanan dapat mencemari otak anak sejak masih berada di dalam rahim ibunya. Zat tersebut mengganggu pertumbuhan dan fungsi otak ketika janin dilahirkan, sehingga kecerdasannya pun terganggu. Penumpukan timbal yang terjadi itulah yang juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Sebenarnya Tuhan telah menciptakan alam dengan dengan kemampuan mengatur agar tidak terjadi pencemaran udara melalui adanya hujan dan pergeseran angin. Namun karena kepadatan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta ini maka semakin sulit pula bagi alam untuk menjaga keseimbangan. Jadi berbagai macam penyakit diatas memang manusia sendiri yang menyebabkannya. Untuk itu, kita sebagai manusia harus sudah peduli untuk menjaga keseimbangan alam ini. Semoga pemerintah bisa mencari solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan dan polusi di Jakarta.
Dampak Polusi Asap Kendaraan bagi Kesehatan
LANGIT biru yang kita idamkan agaknya kian jauh
dari kenyataan. Udara kita telah tercemar oleh berbagai polutan udara
kota, baik dari kegiatan industri maupun terutama lalu lintas atau
transportasi darat. Bukan hanya jumlah kendaraan bermotor yang kian
meningkat pesat, tetapi juga banyak kendaraan yang tidak dirawat dengan
baik, disamping kualitas bahan bakar yang masih mengandung timbel (Pb),
sehingga menghasilkan emisi yang dapat mengganggu kesehatan.
Polusi udara umumnya diberi batasan sebagai udara
yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup
tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan dan harta benda.
Kanada memberikan batasan serupa, yaitu semua macam
kontaminasi undara dalam kualitas yang dapat menyebabkan gangguan pada
manusia atau membahayakan kesehatan serta keselamatannya, merusak milik
serta mengganggu kehidupan tanaman dan hewan. Bahkan di Prancis, polusi
udara dinyatakan sebagai pengotoran udara yang dapat membahayakan
kesehatan dan keamanan umum, pertanian serta preservasi monumen-monumen
umum atau keindahan alam.
Di samping berpengaruh terhadap kenyamanan hidup,
polusi udara berpotensi mempengaruhi kesehatan masyarakat, antara lain
menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit yang ditimbulkan tergantung pada
bahan pencemar udara tersebut.
Emisi Kendaraan
Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, lalu lintas dalam hal ini kendaraan bermotor, mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan kontribusi pada polusi udara. Konstribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, bandingkan dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain.
Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, lalu lintas dalam hal ini kendaraan bermotor, mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan kontribusi pada polusi udara. Konstribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, bandingkan dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain.
Gambaran yang mirip terjadi pula di Amerika Serikat.
Dari jumlah total tiap zat pencemar utama yang dikeluarkan setiap
tahun, karbon monoksida (CO) merupakan zat pencemar terbanyak dan
kendaraan bermotor adalah sumber utamanya, seperti terlihat pada tabel
berikut ini. Namun perlu diingat kita tidak boleh memandang jenis zat
pencemar atau sumbernya semata-mata berdasarkan jumlah total emisi tiap
tahun. Kita juga harus mempertimbangkan sejauh mana tingkat bahaya
setiap jenis zat pencemar, terutama terhadap kesehatan manusia.
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dipandang dari
segi efek dan gangguan kesehatan yang membahayakan, sulfur oksida dan
partikulat menempati dua urutan teratas. Sebaliknya karbon monoksida
menempati urutan terbawah dari ke 5 jenis zat pencemar. Urutan-urutan
dalam efek kesehatan dari zat-zat pencemar memberikan dasar yang lebih
rasional dan realistik dalam merencanakan program pengendalian dan
penanggulangan polusi udara.
Emisi memegang peranan penting dalam menimbulkan
dampak terhadap kesehatan masyarakat. Dalam kesehatan lingkungan dikenal
”teori simpul”, yang terdiri atas simpul-simpul A, B, C dan D. Simpul A
adalah yang diemisikan dari sumber, dalam hal ini asap knalpot
kendaraan. Simpul B adalah ambient, sedangkan simpul C timbunan sejumlah
gas atau partikel dalam darah maupun organ tubuh tetapi belum
menimbulkan efek terhadap kesehatan. Simpul D adalah kondisi terminal,
telah menimbulkan efek terhadap kesehatan maupun kecacatan.
Mengganggu Kesehatan
Polusi udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan rendah biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk.
Polusi udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan rendah biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk.
Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara
dengan penyakit bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir
selalu menjadi urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit
pernafasan menahun, sulfur oksida, asam sulfur, pertikulat dan nitrogen
dioksida telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetus asthma
brochiale, bronchitis menahun dan emphysema paru.
Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar
tahun 70-an menunjukkan bronchitis kronik menyerang 1 di antara 5 orang
laki-laki Amerika umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini berhubungan
dengan merokok dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar.
Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan
kesehatan atau pun timbulnya penyakit yang disebabkannya masih
merupakan problema yang sangat komplek. Banyak faktor-faktor lain yang
ikut menentukan hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik dan
epidemiologik hubungan ini dapat dilihat dengan nyata.
Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih
penting dan berguna daripada data mengenai mortalitas. Apalagi
penemuan-penemuan kelainan fisiologik pada kehidupan manusia yang
terjadi lebih dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun
dirasa, sebagai akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi
artinya. Tindakan pencegahan mestinya telah perlu dilaksanakan pada
tingkat yang sedini mungkin.
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of Measurement
telah menentapkan beberapa tingkat konsentrasi polusi udara dalam
hubungan dengan akibatnya terhadap kesehatan maupun lingkungan sebagai
berikut:
Tingkat I: Konsetrasi dan waktu expose yang tidak ditemui akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tingkat II: Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui
iritasi pada pencaindera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan,
pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang merugikan pada
lingkungan (adverse level).
Tingkat III: Konsentari yang mungkin menimbulkan
hambatan pada fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang
mungkin dapat menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan umur (serious level).
Tingkat IV: Konsentrasi yang mungkin menimbulkan penyakit akut atau kematian pada golongan populasi yang peka (emergency level).
Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh
pencemaran udara terhadap kesehatan adalah antara lain dengan mencatat:
jumlah absensi pekerjaan/dinas, jumlah sertifikat/surat keterangan
dokter, jumlah perawatan dalam rumah sakit, jumlah morbiditas pada
anak-anak, jumlah morbiditas pada orang-orang usia lanjut, jumlah
morbiditas para pekerja yang berisiko mendapat pencemaran udara,
penyelidikan pada penderita dengan penyakit tertentu misalnya penyakit
jantung, paru dan sebagainya.
Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara
prospektif dan komparatif antara daerah-daerah dengan pencemaran udara
hebat dan ringan, dengan juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang
mungkin berpengaruh, misalnya kualitas udara, kebiasaan makan, merokok,
data meteorologik dan sebagainya, yang sering disebut sebagai faktor
yang menunjang (predisposing factor). Meskipun bukan penyebab, predisposing factor tersebut memegang peranan penting dalam menimbulkan penyakit pada manusia.
Khusus polusi udara yang berasal dari kendaraan
bermotor dengan bahan bakar yang tak ramah lingkungan, terutama karena
masih mengandung sejumlah Pb, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas
sumberdaya manusia, karena akan menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak.
Celakanya, timbel tidak hanya terserap lewat saluran pernapasan. Kini
banyak tanaman yang mengandung residu Pb, akibat polusi udara oleh bahan
kimia ini.
Penyakit
Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara adalah:
Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara adalah:
- Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
- Emphysema pulmonum.
- Bronchopneumonia.
- Asthma bronchiale.
- Cor pulmonale kronikum.
Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara, penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah. - Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-smokers di daerah kota 10 kali lebih besar daripada daerah rural.
- Penyakit jantung, juga ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan polusi udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar CO Hb sama atau lebih besar dari 50%, akan dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung.
- Kanker lambung, ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan polusi tinggi.
- Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat polusi tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal.
Pengendalian
Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi udara, maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan bermotor. Pengendalian tingkat ini adalah pengendalian terhadap simpul A dalam “teori simpul”.
Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi udara, maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan bermotor. Pengendalian tingkat ini adalah pengendalian terhadap simpul A dalam “teori simpul”.
Apabila memungkinkan, selain peraturan perundangan
yang berlaku umum, dapat pula dibuat peraturan yang khusus untuk
mengelola sumber-sumber pengotor udara. Peraturan seperti ini dikenal
sebagai standar emisi, khususnya emisi kendaraan bermotor.
Di samping itu ada pula standar yang diberlakukan
bagi kualitas bahan bakar, karena sebagian besar polusi udara disebabkan
oleh pembakaran. Kualitas hasil atau sisa pembakaran tergantung antara
lain dari kualitas bahan bakar yang digunakan. Di DKI Jakarta telah
diujicoba penggunaan bahan bakar yang berasal dari gas alam yang sangat
ramah lingkungan.
Namun, kualitas pembakaran oleh kendaraan bermotor
tidak kalah pentingnya. Karena itu, perawatan kendaraan dan jika perlu
pembatasan usia kendaraan mutlak dilakukan. Hal ini memungkinkan
dilakukan jika secara berkala dilakukan uji emisi kendaraan. Kendaraan
bermotor yang beroperasi di kota harus telah lulus uji emisi.
Peran serta masyarakat dalam mengurangi polusi pada
udara ambient, dalam hal ini intervensi terhadap simpul B, sangat
diperlukan. Gerakan penghijauan seyogianya terus ditingkatkan, terutama
dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Sangat dianjurkan menggunakan
pohon yang berdaun lebar atau yang berpotensi mengurangi polusi udara.
Misalnya setiap keluarga, terutama di kota, menanam sebuah bibit pohon
angsana. Niscaya lima tahun ke depan, telah tercipta lingkungan yang
asri dan terhindar dari polusi udara. Demikian pula taman-taman kota
perlu digalakkan untuk mengimbangi polusi udara kota dan agar “langit
biru” tidak sekedar menjadi isapan jempol. (www.suaramerdeka.com)
Tabel Sumber dan Dampak Zat Pencemar di Amerika Serikat
Zat Pencemar: | Emisi Tahunan | Efek Kesehatan Relatif | ||
% total | Urutan | % total | Urutan | |
Sulfur oksida |
12.9
|
3
|
34.6
|
1
|
Partikular |
9.7
|
4
|
27.9
|
2
|
Nitrogen oksida |
8.6
|
5
|
18.6
|
3
|
Hidrokarbon |
13.1
|
2
|
17.7
|
4
|
Karbon monoksida |
55.7
|
1
|
1.2
|
5
|
Jumlah |
100.0
|
100.0
|
||
Sumber: | ||||
Pembangkit tenaga |
16.9
|
2
|
43.0
|
1
|
Industri |
15.3
|
3
|
25.7
|
2
|
Transportasi |
54.5
|
1
|
22.2
|
3
|
Kebakaran hutan/ladang |
7.3
|
4
|
4.4
|
4
|
Pembakaran sampah pdt |
4.2
|
5
|
3.0
|
5
|
Lain-lain |
1.8
|
6
|
1.7
|
6
|
Jumlah |
100.0
|
100.0
|
||
Sumber : Miller, 1979. |
No comments:
Post a Comment