Tuesday, June 3, 2014

ASKEP DISLOKASI



olgaa
gambar 2
1.  Konsep Teoritis
A. Pengertian
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046)
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355)
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6, Halaman 1118)
Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).
Kesimpulan:
Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang kemudian dapat menimbulkan deformitas.
B. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) adalah:
  1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
  2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
  3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :
(Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)
  1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
  1. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
C. Etiologi
olg
gambar 1
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma kecelakaan
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
D. Patofisiologi
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.
E. Manifestasi Klinis
  1. Nyeri akut
  2. Perubahan kontur sendi
  3. Perubahan panjang ekstremitas
  4. Kehilangan mobilitas normal
  5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
F. Komplikasi
a. Komplikasi dini
  1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
  2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
  3. Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut.
  1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi
  2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
  3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
  4. Kelemahan otot
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
1) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a)  Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
1)      Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2)      Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3)      Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4)      Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5)      Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6)      Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7)      Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
8)      Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.
2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
1)      R            : Rest (istirahat)
2)      I             : Ice (kompres dengan es)
3)      C            : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
4)      E            : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
b. Pencegahan
1)      Cedera akibat olahraga
  1. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
  2. Latihan atau exercise
  3. Conditioning
2)      Trauma kecelakaan
  1. Kurangi kecepatan
  2. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
  3. Patuhi peraturan lalu lintas
2.  Askep Teoritis Dislokasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1)   Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2)   Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3)   Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
4)   Pemeriksaan Fisik
  1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi
  2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
  3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
  4. Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
5)   Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah:
b)   Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
c)    Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
d)   Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
e)    Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
6)   Pemeriksaan diagnostik
a)      Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
b)      Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3 dimensi.
c)      Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
B. Diagnosa Keperawatan
1)      Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
2)      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
3)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau menelan.
C. Intervensi Keperawatan
Nursing Care Plan Pasien Dislokasi
Dx.1 Nyeri Akut                                                               (Nanda NIC NOC hal:530)
NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasional
1Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera-          Fisik(trauma kecelakaan dan cedera olahraga)-          DS: klien melaporkan adanya nyeri.-          DO: klien tampak berperilaku distraksi (mondar mandir, aktivitas berulang, memegang daerah nyeri), perilaku ekspresif(gelisah, meringis, menangis, menghela napas panjang)

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan dengan kriteria hasil :
  1. Memperlihatkan pengendalian nyeri.
  2. Melaporkan tidak adanya nyeri
  3. Tidak menunjukan adanya nyeri meningkat.(tidak ada ekspresi nyeri pada wajah,tidak gelisah atau ketegangan otot,tidak merintih atau menangis.)

  1. Observasi keadaan umum pasien(tingkat nyeri dan TTV)
  2. Beri posisi nyaman(semi fowler)
  3. Berikan kompres hangat pada lokasi dislokasi
  4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
  5. Beri HE tentang penyebab nyeri, dan antisipasi ketidaknyamanan
  6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
    1. Mengetahui keadaan umum pasien dan tingkat nyeri pasien
    2. Posisi semi fowler dapat meminimalkan nyeri pada dislokasi
    3. Kompres hangat berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah.
    4. Teknik distraksi dan relaksasi berfungsi dalam mengalihkan fokus nyeri pasien
    5. Penanaman HE pada pasien berfungsi untuk mengurangi kecemasan pasien terhadap kondisinya
    6. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pada dislokasi.
Dx 2: Hambatan mobilitas fisik                                                   (Nanda NIC NOC hal:472)
NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasional
2Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal-          DS: pasien mengeluh sulit dalam bergerak-          DO: tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan mobilisasi dengan teratur dengan kriteria hasil :
  1. Klien mengatakan dapat melakukan pergerakan dengan bebas
  2. Gerakan pasien terkoordinir
  3. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

1)      Observasi keadaan umum(tingkat mobilitas dan kekuatan otot)2)      Ajarkan ROM3)      Pengaturan posisi4)      Berikan bantuan perawatan diri: berpindah
5)      Berikan HE tentang latihan fisik
6)      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam memberikan terapi yang tepat
1)      Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya2)      Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot3)      Meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis4)      Membantu individu mengubah posisi tubuhnya
5)      Mengubah persepsi pasien terhadap latihan fisik
6)      Mengembalikan posisi tubuh autonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari posisi sakit atau cedera
Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh   (Nanda NIC NOC Hal: 503)
NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasional
3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau menelan.-          DS: pasien mengeluh susah mengunyah, pasien mengatakan nafsu makan menurun-          DO: pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, tampak kurang berminat terhadap makanan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi secara adekuat dengan kriteria hasil:1)      Pasien tidak melaporkan kesulitan mengunyah2)      Nafsu makan pasien kembali baik3)      Keadaan umum pasien kembali normal
  1. Kaji faktor penyabab kesulitan mengunyah
  2. Letakkan makanan pada bagian mulut yang tidak mengalami masalah
  3. Atur posisi pasien(semi fowler)
  4. Kolaborasi dalam pemasangan alat invasif(NGT)
  5. Mengetahui faktor penyebab kesulitan mengunyah dan menentukan intervensi selanjutnya
  6. Mengurangi aktivitas pada rahang yang sakit
  7. Posisi semi fowler dapat mencegah aspirasi
  8. Mempertahankan asupan nutrisi pasien
D. Implementasi Keperawatan
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
E. Evaluasi
  1. Nyeri dapat teratasi
  2. Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal
  3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat

No comments:

Post a Comment