Semakin pesatnya teknologi dan mordernisasi, dapat mengubah gaya hidup dan pola makan yang sering tidak disadari berakibat buruk terhadap kesehatan seseorang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi misalnya, kini tergolong penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi.
Hal itu, menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Prof dr Suhardjono, karena hipertensi tidak menunjukan gejala. Tidak sedikit orang yang datang ke dokter baru diketahui mempunyai hipertensi, bahkan banyak juga yang sudah mengalami komplikasi organ.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, tidak bisa diduga-duga begitu saja, tetapi harus diukur dengan alat pengukur tekanan darah. Tekanan darah yang normal berkisar antara 120-110/80-70 mmHg. Lebih dari itu, maka kita harus waspada Karena jika terjadi peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di sebagian besar tubuh.
Pada tahap awal, hipertensi memang tidak menunjukkan gejala, tetapi jika tekanan darahnya mencapai 250, bisa menimbulkan gejala seperti kejang dan pandangan kabur. Bagi seseorang dengan tekanan darah di atas 160 sudah harus minum obat hipertensi. Dan jika seseorang sudah terkena hipertensi, seumur hidupnya harus minum obat. Jika tidak minum obat secara teratur maka hipertensinya tidak terkontrol dan akan berakibat buruk bagi kesehatan dirinya.
Organ tubuh seperti ginjal, jantung dapat rusak akibat hipertensi yang tidak diobati dengan benar, Bayangkan, di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring produk sisa darah yang harus dikeluarkan . Apabila pembuluh darah di ginjal rusak, maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari tubuh. Jika cairan melimpah dalam pembuluh darah, maka dapat meningkatkan tekanan darah. “Tekanan darah yang begitu hebat dapat merusak dinding-dinding pembuluh darah dan juga bisa merusak jantung,” kata Prof Suhardjono.
Melihat risiko yang tinggi itu, sangatlah “miris” jika hanya sedikit saja orang yang mengabaikan kesehatannya. Saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 persen atau sepertiga penduduk Indoneisa, sekitar 50 juta lebih penduduk menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 50 persennya tidak mengetahui dirinya hipertensi.Sedangkan dari 50 persen yang tahu menderita hipertensi, separuhnya tidak minum obat. “Dan parahnya lagi, dari 50 persen yang minum obat itu, hanya separuhnya yang minum obat secara teratur. Ini jadi masalah,” ungkap Prof Suhardjono
Perlu upaya prevensi
Meskipun penderita hipertensi harus minum obat seumur hidupnya, tetapi kualitas hidupnya masih dijaga dengan mengatur pola makan dan gaya hidup sehaat. Sementara untuk mencegah agar kita terhindar dari risiko hipertensi, maka sejak dini sudah menjalani hidup sehat, antara lain, kurangi konsumsi garam, tidak merokok, olah raga fisik minimal 30 menit sehari, dan perbanyak makan sayur dan buah-buahan.
Semakin pesatnya teknologi dan mordernisasi, dapat mengubah gaya hidup dan pola makan yang sering tidak disadari berakibat buruk terhadap kesehatan seseorang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi misalnya, kini tergolong penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi.
Hal itu, menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Prof dr Suhardjono, karena hipertensi tidak menunjukan gejala. Tidak sedikit orang yang datang ke dokter baru diketahui mempunyai hipertensi, bahkan banyak juga yang sudah mengalami komplikasi organ.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, tidak bisa diduga-duga begitu saja, tetapi harus diukur dengan alat pengukur tekanan darah. Tekanan darah yang normal berkisar antara 120-110/80-70 mmHg. Lebih dari itu, maka kita harus waspada Karena jika terjadi peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di sebagian besar tubuh.
Pada tahap awal, hipertensi memang tidak menunjukkan gejala, tetapi jika tekanan darahnya mencapai 250, bisa menimbulkan gejala seperti kejang dan pandangan kabur. Bagi seseorang dengan tekanan darah di atas 160 sudah harus minum obat hipertensi. Dan jika seseorang sudah terkena hipertensi, seumur hidupnya harus minum obat. Jika tidak minum obat secara teratur maka hipertensinya tidak terkontrol dan akan berakibat buruk bagi kesehatan dirinya.
Organ tubuh seperti ginjal, jantung dapat rusak akibat hipertensi yang tidak diobati dengan benar, Bayangkan, di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring produk sisa darah yang harus dikeluarkan . Apabila pembuluh darah di ginjal rusak, maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari tubuh. Jika cairan melimpah dalam pembuluh darah, maka dapat meningkatkan tekanan darah. “Tekanan darah yang begitu hebat dapat merusak dinding-dinding pembuluh darah dan juga bisa merusak jantung,” kata Prof Suhardjono.
Melihat risiko yang tinggi itu, sangatlah “miris” jika hanya sedikit saja orang yang mengabaikan kesehatannya. Saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 persen atau sepertiga penduduk Indoneisa, sekitar 50 juta lebih penduduk menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 50 persennya tidak mengetahui dirinya hipertensi.Sedangkan dari 50 persen yang tahu menderita hipertensi, separuhnya tidak minum obat. “Dan parahnya lagi, dari 50 persen yang minum obat itu, hanya separuhnya yang minum obat secara teratur. Ini jadi masalah,” ungkap Prof Suhardjono
Perlu upaya prevensi
Meskipun penderita hipertensi harus minum obat seumur hidupnya, tetapi kualitas hidupnya masih dijaga dengan mengatur pola makan dan gaya hidup sehaat. Sementara untuk mencegah agar kita terhindar dari risiko hipertensi, maka sejak dini sudah menjalani hidup sehat, antara lain, kurangi konsumsi garam, tidak merokok, olah raga fisik minimal 30 menit sehari, dan perbanyak makan sayur dan buah-buahan.
No comments:
Post a Comment